Selasa, 27 Januari 2015

Diary Peringatan Aksi #8ThnKamisan

Oleh Syavira Wahyuni, Mahasiswa Vokasi UI 2014 dan Anggota SEMAR UI

“Hidup Korban !”  “Jangan Diam !”
“Jangan Diam !”  “Lawan !”
“Jokowi-JK !”  “Hapus Impunitas !”

            Itulah jargon-jargon yang kami terus teriakan selama mengikuti dan memperingati SEWINDU AKSI KAMISAN yang diselenggarakan didepan Istana Negara pada hari Kamis , 22 Januari 2015.



Ini merupakan kali pertama saya dalam mengikuti Aksi Kamisan, berhubung saya merupakan anggota baru dari organisasi Serikat Mahasiswa Progressif Universitas Indonesia atau yang dikenal sebagai SEMAR UI. Menurut sejarahnya itu sendiri, Aksi Kamisan ini bermula pada tanggal 18 Januari 2007 yang diilhami dari apa yang dilakukan oleh para ibu-ibu di Argentina tahun 1970-an yang menekan pemerintah akan kasus anak-anaknya yang hilang. Aksi Kamisan ini pun merupakan aksi damai yang memiliki tujuan yang sama yaitu menekan pemerintah agar mengusut, menguak kebenaran, menolak lupa dan menegakkan keadilan bagi para korban kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia.

Untuk saya prbadi sebagai seorang mahasiswa yang baru mengikuti aksi ini, Aksi Kamisan merupakan salah satu aksi yang memiliki sangat banyak simpatisan diantaranya, aktivis HAM, mahasiswa, para keluarga korban, selebritis, serta para penggiat aksi kamisan yang sudah lanjut usia. Antusiasme dan semangat mereka yang menggebu-gebu dalam memperjuangkan keadilan patut diacungi jempol, khususnya para keluarga korban dan penggiat aksi kamisan yang telah lanjut usia. Mereka melakukan orasi dan sesekali mengutarakan keinginan mereka dengan penuh semangat agar keinginan mereka dapat didengar.

 Namun, tentu tidak hanya didengar tapi diusut sampai tuntas oleh para pemegang kekuasaan. Semangat saya pun semakin timbul ketika bentuk solidaritas mereka dalam berpakaian serba hitam, berpayung hitam, menggelar spanduk, foto korban, berjalan keliling Istana sambil membunyikan kentongan yang tujuannya untuk “membangunkan” para penguasa didalam Istana untuk membongkar kekejaman para pelaku pelanggaran HAM berat masa lalu.

Mungkin bagi sebagian orang aksi ini hanyalah kegiatan yang membuang-buang waktu dan tenaga, namun menurut saya itu adalah pemahaman yang salah! Karena, kasus-kasus pelanggaran HAM yang telah terjadi di Indonesia merupakan salah satu sejarah besar bagi bangsa ini dan belum menemukan titik akhir dari penyelesaian masalah. Faktanya, mereka telah lupa akan nasib dan keberlangsungan hidup para korban dan keluarganya. Bahkan mirisnya, mungkin dimasa ini generasi muda tidak banyak yang tahu akan adanya peristiwa 1965/1966, peristiwa Tanjung Priok 1984, Talangsari 1989, Penculikan dan penghilangan paksa 1997/1998, tragedi Trisakti 1998, peristiwa Mei 1998, Semanggi 1998/1999. Maka dari itu, aksi ini juga sering disebut sebagai aksi menolak lupa dan melawan impunitas. Aksi Kamisan akan tetap melanjutkan aksi di setiap kamis  sampai kasus-kasus pelanggaran HAM terdahulu memperoleh keadilan dan kebenaran, hingga dapat dituntaskan oleh pemerintah Indonesia.


Di era modern ini, generasi muda hendaknya harus berperan aktif dalam menanggapi setiap permasalahan yang terjadi di dalam bangsa ini, khususnya masalah sosial dan politik yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan dan menjadi sorotan publik. Peran kita sangat penting untuk membangun negara ini supaya lebih baik dan berharap agar nantinya kita bisa mengambil alih kekuasaan/duduk di bangku pemerintahan yang selama ini diduduki oleh pihak-pihak yang bertindak sewenang-wenang, menzolimi, dan mengkhianati rakyat. Dengan begitu kita bisa memajukan negara ini dengan berasaskan Pancasila dan tidak sekali-kali melupakan sejarah. Seperti salah satu pidato Ir.Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1966 “Jangan sekali-kali melupakan sejarah (JASMERAH). Dan untuk kasus HAM ini, kami percaya bahwa pada akhirnya keadilan akan menang. Hidup Korban! Jangan Diam! Lawan!

2 komentar: