Oleh: Adelia, Anggota SEMAR UI
1 Mei 2014. Saya bangun pagi-pagi sekali dan dalam semangat
yang tidak seperti hari-hari biasanya. Hari ini, bersama kawan-kawan Serikat
Mahasiswa Progresif Universitas Indonesia (SEMAR UI) saya akan mengikuti
hajatan tahunan kaum buruh: May Day! Dengan antusiasme yang tinggi, setelah
semua hal yang biasa orang lakukan dipagi hari, saya berangkat ke depan gedung
DPR RI. Hari ini saya akan mengikuti May Day bersama kawan-kawan Konfederasi
Serikat Nasional (KSN) yang memang memutuskan untuk melakukan aksi Mad Day di
lokasi ini. Dalam perjalanan, saya sempat bertengkar dengan tukang ojek mengenai
masalah ongkos yang harus dibayar. Setelah naik ojek, perjalanan saya disambung
menggunakan Busway arah Grogol lalu kemudian turun di halte JCC Senayan. Dari
JCC Senayan, saya harus menempuh perjalanan kembali dengan berjalan kaki. Cukup
jauh, memang.
Dalam perjalanan, saya berkomunikasi dengan kawan SEMAR UI
yang sudah sampai di lokasi. Singkat cerita, saya akhirnya bertemu dengan
kawan-kawan SEMAR UI di depan agak kiri gedung DPR. Mereka berbaju merah, tentu,
sebagai tanda perlawanan. Mereka menyambut saya dengan hangat. Di sini, sepanjang
mata memandang saya melihat kawan-kawan buruh yang penuh dengan antusiasme dan semangat.
Kawan-kawan buruh mengenakan baju merah, warna dominan KSN. Dari ribuan buruh
yang memerahkan jalanan tersebut, terlihat baju-baju mereka yang didominasi
oleh baju Serikat, meskipun ada juga yang bajunya bergambar Che, ada pula yang bertulisakan
“Sosialisme Jalan Sejati Pembebasan Rakyat,” atau ada juga yang bajunya
bergambar Marsinah, buruh perempuan yang mati dibunuh tentara pada masa
Suharto. Dalam kerumumnan massa tersebut, ada beberapa buruh perempuan yang membawa
anak mereka, dan jelas kelihatan bersemangat meski ada sedikit kelelahan di
raut wajah mereka. But, I don’t fucking
care, it’s time to throw a struggle worker’s party today! “Mari bergabung
ke dalam barisan kita, perjuangkan hak kita bersama dalam ups and downswe march on!” batin saya penuh antusiasme.
![]() |
Barisan massa aksi KSN |
Pemilihan aksi di Depan Gedung DPR, setelah saya tanyakan,
adalah karena konsep aksi ketika itu adalah berbentuk “Panggung Perlawanan
Rakyat.” Jadi, tidak ada urusan dengan DPR yang pada saat itu memang sedang
reses. Selain itu, yang aksi di depan gedung DPR kali itu bukanlah seluruh
anggota KSN dari berbagai wilayah, melainkan hanya KSN yang basisnya berada di
Tangerang. Sedangkan aksi KSN lainnya berada di berbagai daerah seperti Bandung
dan Makassar. Peserta aksi KSN di Bandung, katanya berjumlah hingga 10.000 .
sedangkan, jumlah peserta aksi yang saya ikuti sekitar 1000 orang.
Aksi yang saya ikuti kali ini, sebagaimana aksi-aksi
lainnya, diisi oleh orasi-orasi. Orasi pembuka dalam May Day kali ini dilakukan
oleh MC aksi. Kemudian, orasi-orasi terus dilakukan diantaranya oleh Presiden
KSN, Mohtar Guntur Kilat. Berdasarkan pamflet yang saya terima yang dibuat oleh
kawan-kawan KSN, aksi May Day kali ini memiliki tuntutan sebagai berikut:
1. Tolak sistem kerja kontrak/outsourcing, wujudkan
kepastian kerja.
2. Tolak politik upah murah dan wujudkan upah layak.
3. Tolak privatisasi di Indonesia, wujudkan nasionalisasi
aset-aset perusahaan asing di bawah kontrol rakyat .
4. Tolak dan hentikan union busting/pemberangusan serikat
dan wujudkan kebebasan berserikat.
5. Tolak BPJS, wujudkan perlindungan sosial transformatif
untuk rakyat tanpa syarat.
6. Tolak penangguhan upah (UMP/UMK/UMPS) 2014, tangkap dan
adili bagi yang tidak melaksanakan.
7. Batalkan UU dan RUU dan yang anti kepentingan rakyat.
Ketujuh tuntutan ini kemudian diikuti oleh seruan kepada
seluruh kaum buruh untuk melakukan konsolidasi gerakan untuk pembangunan
kekuatan rakyat seluas mungkin dengan berbagai gerkan buruh, pemuda, mahasiswa,
perempuan, dan gerakan rakyat lainnya menuju aksi/mogok nasional tahun 2014.
![]() |
Pamflet dari KSN |
Yupz, acara ini dimotori
oleh Konfederasi Serikat Nasional (KSN) yang terdiri dari Federasi-Federasi di
bawahnya. Yang saya ingat, sisanya lupa atau samar-samar, yang tergabung dalam
KSN ini adalah FSBKU, Fesbuk, dan FSPBI. Selain diikuti kawan buruh dan kami,
ada juga organisasi mahasiswa lain yang turut berpartisipasi dalam May Day 2014
ini. Organisasi mahasiswa tersebut adalah Formasi (Forum Mahasiswa) IISIP.
Mereka semua bergabung dalam barisan, merasa senasib-sepenaggungan-serasa dan
meneriakkan keadilan bagi seluruh buruh atau rakyat pekerja se-Indonesia.
Selain diisi oleh orasi-orasi politik, aksi May Day yang
dilakukan KSN ini juga diwarnai oleh aksi teatrikal. Sepanjang aksi ini, ada dua
kali aksi teatrikal. Teatrikal pertama dilakukan oleh buruh-buruh KSN sendiri. Sedangkan,
teatrikal kedua dilakukan oleh Formasi IISIP. Kedua aksi teatrikal ini, secara
substansi tidak berbeda jauh, yaitu adanya ketidakadilan, baik dalam dunia
perburuhan ataupun yang lebih luas di Indonesia. Ketidakadilan tersebut telah merenggut
kebahagiaan dasar dari buruh sehingga kesejahteraan masih jauh dari hidup kaum
buruh.
![]() |
Aksi Teatrikal yang dilakukan oleh kawan-kawan Formasi IISIP |
Dalam teatrikal tersebut, diilustrasikan bahwa buruh tidak lain
merupakan kambing congek yang bisa diperas
tenaga dan pikirannya sesuai kehendak majikan dan penguasa. Akan tetapi,
selanjutnya diperlihatkan bagaimana siklus yang mencekik buruh dan rakyat tertindas
lainnya harus dihentikan segera dengan cara membangkitkan perlawanan dari kaum buruh
dengan juga bangkitnya perlawanan dari sektor lain seperti tani, nelayan, dan mahasiswa.
Aksi teatrikal tersebut penuh warna-warni gerak, komposisi kesenian yang kaya
nan menyentuh hati, walaupun dengan alat-alat yang sederhana. Saya terkesan sekali.
![]() |
Aksi Teatrikal yang dilakukan oleh kawan buruh KSN |
Salah satu orasi yang paling saya ingat adalah orasi dari
salah satu dosen Sosiologi UI. Ya, dosen pun mengikuti May Day! Dosen yang saya
kenal tersebut naik ke mobil komando dan menyuarakan aspirasinya tentang bagaimana
sistem pekerjaan yang tidak adil juga terjadi di UI. Dosen tersebut, dalam
akhir orasinya, menyatakan ingin belajar banyak dari kawan-kawan buruh tentang
bagaimana mengorganisir diri dan membangun serikat perlawanan yang tujuan
akhirnya untuk mengakhiri sistem yang menindas ini.
![]() |
Orasi dari salah satu Dosen UI, Muh Bijiyanto |
Hal yang paling berkesan dari aksi May Day ini, selain teatrikalnya
yang sederhana nan epik, adalah pertunjukkan musiknya yang juga dilakukan oleh
kawan buruh. Sederhana: hanya berbekal dua gitar dan sound system yang sedari tadi digunakan untuk orasi. Saya menyenangi
pertunjukan musik yang dilakukan oleh kawan-kawan buruh yang menyanyikan lagu-lagu
penyemangat dan perlawanan. Mereka memainkan dua gitar dengan paduan yang apik,
walaupun ada sedikit masalah dengan sound
systemnya. Meskipun demikian, terlihat jelas kegembiraan dan semangat dalam
setiap melodi yang meriah. Sayapun ikut terlarut dalam pertunjukan musik itu. Saya
turut menyanyikan lagu-lagu perjuangan dan perlawanan itu karena kita butuh lagu
semacam ini di dalam aksi May Day, bukan semacam lagu dangdut yang penuh hura-hura
semu sebagaimana yang banyak saya temui di serikat-serikat buruh lainnya. Memang,
dari lagu-lagu yang diputar saya kita bisa tahu perbedaan antara KSN dan
serikat-serikat lainnya: KSN adalah “Serikat Merah.” Saya juga terkesima dengan
lagu berirama ska-rock: “Hidup Buruh” yang membuat buruh-buruh muda berdansa di
tengah depan gedung DPR, mengelilingi mobil komando, dan berjingkrak-jingkrak atraktif
sambil mengikuti lagu yang ada. Lagu itu sampai sekarang masih terngiang-ngiang
di kepala saya karena nadanya yang catchy
dan pesannya cocok dengan tema May Day sejati.
![]() |
Pertunjukkan musik oleh kawan-kawan KSN |
Ada kejadian yang menurut saya bikin perasaan campur aduk. Pada
saat saya duduk-duduk santai menyimak orasi dari salah satu kawan buruh sambil
berbincang bincang dengan kawan SEMAR UI, saya tiba-tiba ditunjuk untuk berorasi!
Dengan agak ragu-ragu, akhirnya saya memberanikan diri maju ke depan. Padahal, hati
deg-degan alias grogi harus menyampaikan
orasi di depan semua kawan-kawan buruh. Saya berusaha naik tangga mobil komando
dengan bersusah payah dan berhati hati agar tidak jatuh karena mobil komando
yang lumayan tinggi. Setelah saya berhasil sampai di atas mobil komando, saya disambut
oleh orang-orang di atas mobil komando. Dengan awalan teriakan “Hidup Buruh!”
yang dibalas dengan pekikan yang sama, saya menyampaikan orasi sebagus yang
saya bisa. Saya sampaikan bahwa betapa bangganya saya dengan gerakan buruh yang
kompak dan tidak menyerah menghadapi ketidakadilan di Indonesia, serta ingin terus
berjuang bersama kawan-kawan buruh sampai kapanpun juga. Itulah inti dari orasi
saya.
Saya mengamati, sepanjang aksi buruh 1 Mei, aksi buruh di
Jakarta terpencar-pencar di berbagai lokasi yang berbeda. Dalam salah satu
lokasi Aksi May Day, saya mengetahui bahwa beberapa serikat buruh, yang
sayangnya merupakan serikat yang besar secara kuantitas, menyatakan sikap mendukung
salah satu calon Presiden, Prabowo Subianto. Tentu, hal ini menciderai
perjuangan buruh selama ini. Apakah
mereka tidak ingat kepada Marsinah? Bagi anggota serikat buruh tingkat
bawah, yang saya amati adalah terdapat kecenderungan mengikuti arahan pemimpin serikat
buruh tanpa adanya sikap kritis. Saya tentu sangat menyayangkan hal tersebut.
Begitulah pengalaman saya selama aksi buruh internasional atau
May Day. That was incredible experience
ever and I won’t forget it for the most of my life. Hidup Buruh! Hidup Mahasiswa!
Hidup Rakyat Indonesia! Buruh Bersatu Tidak Bisa Dikalahkan! Buruh Berkuasa
Rakyat Sejahtera!
Tabik tuan-tuan dan nona-nona sekalian!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar