Selasa, 13 Mei 2014

Diary May Day - 1 Mei 2014

Oleh: Adelia, Anggota SEMAR UI

1 Mei 2014. Saya bangun pagi-pagi sekali dan dalam semangat yang tidak seperti hari-hari biasanya. Hari ini, bersama kawan-kawan Serikat Mahasiswa Progresif Universitas Indonesia (SEMAR UI) saya akan mengikuti hajatan tahunan kaum buruh: May Day! Dengan antusiasme yang tinggi, setelah semua hal yang biasa orang lakukan dipagi hari, saya berangkat ke depan gedung DPR RI. Hari ini saya akan mengikuti May Day bersama kawan-kawan Konfederasi Serikat Nasional (KSN) yang memang memutuskan untuk melakukan aksi Mad Day di lokasi ini. Dalam perjalanan, saya sempat bertengkar dengan tukang ojek mengenai masalah ongkos yang harus dibayar. Setelah naik ojek, perjalanan saya disambung menggunakan Busway arah Grogol lalu kemudian turun di halte JCC Senayan. Dari JCC Senayan, saya harus menempuh perjalanan kembali dengan berjalan kaki. Cukup jauh, memang.  


Dalam perjalanan, saya berkomunikasi dengan kawan SEMAR UI yang sudah sampai di lokasi. Singkat cerita, saya akhirnya bertemu dengan kawan-kawan SEMAR UI di depan agak kiri gedung DPR. Mereka berbaju merah, tentu, sebagai tanda perlawanan. Mereka menyambut saya dengan hangat. Di sini, sepanjang mata memandang saya melihat kawan-kawan buruh yang penuh dengan antusiasme dan semangat. Kawan-kawan buruh mengenakan baju merah, warna dominan KSN. Dari ribuan buruh yang memerahkan jalanan tersebut, terlihat baju-baju mereka yang didominasi oleh baju Serikat, meskipun ada juga yang bajunya bergambar Che, ada pula yang bertulisakan “Sosialisme Jalan Sejati Pembebasan Rakyat,” atau ada juga yang bajunya bergambar Marsinah, buruh perempuan yang mati dibunuh tentara pada masa Suharto. Dalam kerumumnan massa tersebut, ada beberapa buruh perempuan yang membawa anak mereka, dan jelas kelihatan bersemangat meski ada sedikit kelelahan di raut wajah mereka. But, I don’t fucking care, it’s time to throw a struggle worker’s party today! “Mari bergabung ke dalam barisan kita, perjuangkan hak kita bersama dalam ups and downswe march on!” batin saya penuh antusiasme.

Barisan massa aksi KSN

Pemilihan aksi di Depan Gedung DPR, setelah saya tanyakan, adalah karena konsep aksi ketika itu adalah berbentuk “Panggung Perlawanan Rakyat.” Jadi, tidak ada urusan dengan DPR yang pada saat itu memang sedang reses. Selain itu, yang aksi di depan gedung DPR kali itu bukanlah seluruh anggota KSN dari berbagai wilayah, melainkan hanya KSN yang basisnya berada di Tangerang. Sedangkan aksi KSN lainnya berada di berbagai daerah seperti Bandung dan Makassar. Peserta aksi KSN di Bandung, katanya berjumlah hingga 10.000 . sedangkan, jumlah peserta aksi yang saya ikuti sekitar 1000 orang.

Aksi yang saya ikuti kali ini, sebagaimana aksi-aksi lainnya, diisi oleh orasi-orasi. Orasi pembuka dalam May Day kali ini dilakukan oleh MC aksi. Kemudian, orasi-orasi terus dilakukan diantaranya oleh Presiden KSN, Mohtar Guntur Kilat. Berdasarkan pamflet yang saya terima yang dibuat oleh kawan-kawan KSN, aksi May Day kali ini memiliki tuntutan sebagai berikut:

1. Tolak sistem kerja kontrak/outsourcing, wujudkan kepastian kerja.
2. Tolak politik upah murah dan wujudkan upah layak.
3. Tolak privatisasi di Indonesia, wujudkan nasionalisasi aset-aset perusahaan asing di bawah kontrol rakyat .
4. Tolak dan hentikan union busting/pemberangusan serikat dan wujudkan kebebasan berserikat.
5. Tolak BPJS, wujudkan perlindungan sosial transformatif untuk rakyat tanpa syarat.
6. Tolak penangguhan upah (UMP/UMK/UMPS) 2014, tangkap dan adili bagi yang tidak melaksanakan.
7. Batalkan UU dan RUU dan yang anti kepentingan rakyat.

Ketujuh tuntutan ini kemudian diikuti oleh seruan kepada seluruh kaum buruh untuk melakukan konsolidasi gerakan untuk pembangunan kekuatan rakyat seluas mungkin dengan berbagai gerkan buruh, pemuda, mahasiswa, perempuan, dan gerakan rakyat lainnya menuju aksi/mogok nasional tahun 2014.

Pamflet dari KSN

Yupz, acara ini dimotori oleh Konfederasi Serikat Nasional (KSN) yang terdiri dari Federasi-Federasi di bawahnya. Yang saya ingat, sisanya lupa atau samar-samar, yang tergabung dalam KSN ini adalah FSBKU, Fesbuk, dan FSPBI. Selain diikuti kawan buruh dan kami, ada juga organisasi mahasiswa lain yang turut berpartisipasi dalam May Day 2014 ini. Organisasi mahasiswa tersebut adalah Formasi (Forum Mahasiswa) IISIP. Mereka semua bergabung dalam barisan, merasa senasib-sepenaggungan-serasa dan meneriakkan keadilan bagi seluruh buruh atau rakyat pekerja se-Indonesia.

Selain diisi oleh orasi-orasi politik, aksi May Day yang dilakukan KSN ini juga diwarnai oleh aksi teatrikal. Sepanjang aksi ini, ada dua kali aksi teatrikal. Teatrikal pertama dilakukan oleh buruh-buruh KSN sendiri. Sedangkan, teatrikal kedua dilakukan oleh Formasi IISIP. Kedua aksi teatrikal ini, secara substansi tidak berbeda jauh, yaitu adanya ketidakadilan, baik dalam dunia perburuhan ataupun yang lebih luas di Indonesia. Ketidakadilan tersebut telah merenggut kebahagiaan dasar dari buruh sehingga kesejahteraan masih jauh dari hidup kaum buruh.

Aksi Teatrikal yang dilakukan oleh kawan-kawan Formasi IISIP

Dalam teatrikal tersebut, diilustrasikan bahwa buruh tidak lain merupakan kambing congek yang bisa diperas tenaga dan pikirannya sesuai kehendak majikan dan penguasa. Akan tetapi, selanjutnya diperlihatkan bagaimana siklus yang mencekik buruh dan rakyat tertindas lainnya harus dihentikan segera dengan cara membangkitkan perlawanan dari kaum buruh dengan juga bangkitnya perlawanan dari sektor lain seperti tani, nelayan, dan mahasiswa. Aksi teatrikal tersebut penuh warna-warni gerak, komposisi kesenian yang kaya nan menyentuh hati, walaupun dengan alat-alat yang sederhana. Saya terkesan sekali.


Aksi Teatrikal yang dilakukan oleh kawan buruh KSN 

Salah satu orasi yang paling saya ingat adalah orasi dari salah satu dosen Sosiologi UI. Ya, dosen pun mengikuti May Day! Dosen yang saya kenal tersebut naik ke mobil komando dan menyuarakan aspirasinya tentang bagaimana sistem pekerjaan yang tidak adil juga terjadi di UI. Dosen tersebut, dalam akhir orasinya, menyatakan ingin belajar banyak dari kawan-kawan buruh tentang bagaimana mengorganisir diri dan membangun serikat perlawanan yang tujuan akhirnya untuk mengakhiri sistem yang menindas ini.


Orasi dari salah satu Dosen UI, Muh Bijiyanto

Hal yang paling berkesan dari aksi May Day ini, selain teatrikalnya yang sederhana nan epik, adalah pertunjukkan musiknya yang juga dilakukan oleh kawan buruh. Sederhana: hanya berbekal dua gitar dan sound system yang sedari tadi digunakan untuk orasi. Saya menyenangi pertunjukan musik yang dilakukan oleh kawan-kawan buruh yang menyanyikan lagu-lagu penyemangat dan perlawanan. Mereka memainkan dua gitar dengan paduan yang apik, walaupun ada sedikit masalah dengan sound systemnya. Meskipun demikian, terlihat jelas kegembiraan dan semangat dalam setiap melodi yang meriah. Sayapun ikut terlarut dalam pertunjukan musik itu. Saya turut menyanyikan lagu-lagu perjuangan dan perlawanan itu karena kita butuh lagu semacam ini di dalam aksi May Day, bukan semacam lagu dangdut yang penuh hura-hura semu sebagaimana yang banyak saya temui di serikat-serikat buruh lainnya. Memang, dari lagu-lagu yang diputar saya kita bisa tahu perbedaan antara KSN dan serikat-serikat lainnya: KSN adalah “Serikat Merah.” Saya juga terkesima dengan lagu berirama ska-rock: “Hidup Buruh” yang membuat buruh-buruh muda berdansa di tengah depan gedung DPR, mengelilingi mobil komando, dan berjingkrak-jingkrak atraktif sambil mengikuti lagu yang ada. Lagu itu sampai sekarang masih terngiang-ngiang di kepala saya karena nadanya yang catchy dan pesannya cocok dengan tema May Day sejati.

Pertunjukkan musik oleh kawan-kawan KSN

Ada kejadian yang menurut saya bikin perasaan campur aduk. Pada saat saya duduk-duduk santai menyimak orasi dari salah satu kawan buruh sambil berbincang bincang dengan kawan SEMAR UI, saya tiba-tiba ditunjuk untuk berorasi! Dengan agak ragu-ragu, akhirnya saya memberanikan diri maju ke depan. Padahal, hati deg-degan alias grogi harus menyampaikan orasi di depan semua kawan-kawan buruh. Saya berusaha naik tangga mobil komando dengan bersusah payah dan berhati hati agar tidak jatuh karena mobil komando yang lumayan tinggi. Setelah saya berhasil sampai di atas mobil komando, saya disambut oleh orang-orang di atas mobil komando. Dengan awalan teriakan “Hidup Buruh!” yang dibalas dengan pekikan yang sama, saya menyampaikan orasi sebagus yang saya bisa. Saya sampaikan bahwa betapa bangganya saya dengan gerakan buruh yang kompak dan tidak menyerah menghadapi ketidakadilan di Indonesia, serta ingin terus berjuang bersama kawan-kawan buruh sampai kapanpun juga. Itulah inti dari orasi saya.

Saya mengamati, sepanjang aksi buruh 1 Mei, aksi buruh di Jakarta terpencar-pencar di berbagai lokasi yang berbeda. Dalam salah satu lokasi Aksi May Day, saya mengetahui bahwa beberapa serikat buruh, yang sayangnya merupakan serikat yang besar secara kuantitas, menyatakan sikap mendukung salah satu calon Presiden, Prabowo Subianto. Tentu, hal ini menciderai perjuangan buruh selama ini. Apakah mereka tidak ingat kepada Marsinah? Bagi anggota serikat buruh tingkat bawah, yang saya amati adalah terdapat kecenderungan mengikuti arahan pemimpin serikat buruh tanpa adanya sikap kritis. Saya tentu sangat menyayangkan hal tersebut.

Begitulah pengalaman saya selama aksi buruh internasional atau May Day. That was incredible experience ever and I won’t forget it for the most of my life. Hidup Buruh! Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia! Buruh Bersatu Tidak Bisa Dikalahkan! Buruh Berkuasa Rakyat Sejahtera!


Tabik tuan-tuan dan nona-nona sekalian!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar