Oleh: Alvian
Sagandhi,
Anggota SEMAR UI
Pemilihan
Umum 2014 untuk menentukan calon presiden dan wakil presiden Indonesia telah
dilaksanakan pada 9 Juli 2014. Calon presiden dan wakil presiden yang terpilih
untuk bertarung memperebutkan kursi RI 1 terdiri atas calon pasangan nomor urut
1 yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan calon pasangan nomor urut 2 yakni
Joko Widodo-Jusuf Kalla. Calon Presiden/Wakil Presiden Prabowo-Hatta diusung
oleh koalisi Partai Gerindra, Golkar, PPP, PAN, PKS dan, pada akhirnya, Partai
Demokrat. Sedangkan Jokowi-JK diusung Partai PDI-P, PKB, Hanura, Nasdem, PBB
dan PKPI. Masing-masing calon memiliki program kerja dan visi misi
masing-masing. Dari rangkaian program kerja dan visi-misi para calon, dapat
dianalisa apakah yang akan dibawa dan dijalankan oleh masing-masing calon
ketika kelak memimpin republik. Pada penulisan kali ini, penulis akan
menganalisis bentuk sistem birokrasi yang akan dibawa oleh Calon Presiden
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Melihat kebijakan-kebijakan yang akan dibawa
oleh calon presiden nomor urut satu tersebut, sungguh menarik untuk dibahas
dalam penulisan kali ini.
Selama
ini Prabowo selalu menonjolkan diri sebagai sosok nasionalis yang ingin
mengembalikan kejayaan kembali Indonesia sebagai Macan Asia.[i]
Meskipun demikian, Prabowo Subianto juga diserang terkait latar belakangnya di
dunia militer yang dikenal publik sebagai salah satu pelanggar HAM berat di
masa lalu. Tercatat bahwa Prabowo Subianto dikaitkan dengan Pelanggaran HAM
berat di Timor-Timur 1983-1984 hingga penculikan paksa aktivis prodemokrasi
periode 1997-1998.
Ambisi
membawa Indonesia menjadi Macan Asia dengan diiringi oleh latar belakang
sebagai pelanggar HAM berat di masa lalu menjadi corak warna kepemimpinan calon
presiden Prabowo di masa depan kelak. Apakah Prabowo-Hatta akan sukses membawa
Indonesia menuju kesejahteraan bagi bangsa Indonesia, atau justru menyebabkan
permasalahan lain bagi republik dengan berbagai kebijakan-kebijakan yang
dilakukannya? Hal itu yang juga akan menjadi kesimpulan analisa sesuai dengan
arah kebijakan dan program kerja yang akan dijalan kelak.
Pengertian
Birokrasi
Secara
istilah, asal mula kata birokrasi adalah
bureau yang artinya kantor dan cracy
yang artinya pemerintahan. Istilah birokrasi pertamakali diperkenalkan oleh Max
Weber, seorang ahli sosiologi Jerman. Secara sederhana, pengertian birokrasi
adalah sebuah struktur organisasi yang memiliki ciri-ciri harus mengikuti tata
prosedur pembagian tanggung jawab, adanya jenjang (hirarki), serta adanya
hubungan yang sifatnya impersonal. Dalam pengertian umum, birokrasi adalah
kekuasaan kantor. Dalam hal ini birokrasi dapat diartikan organisasi
pemerintahan, melalui kantor-kantor yang dibentuknya sehingga pemerintah dapat
menjalankan roda pemerintahan. Namun, selain organisasi pemerintah, birokrasi
juga dapat diterapkan pada organisasi non pemerintah.[ii]
Visi Misi
Prabowo-Hatta
Dalam
data yang dilansir kpu.go.id[iii],
pasangan ini memiliki visi “Membangun Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil
dan makmur serta bermartabat.” Oleh karena itu Prabowo-Hatta akan mengemban
misi sebagai berikut:
1.
Mewujudkan Negara Kesatuan RI yang aman, stabil, sejahtera, demokratis, dan
berdaulat, serta berperan aktif dalam menciptakan perdamaian dunia, serta
konsisten melaksanakan Pancasila, dan UUD
2.
Mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, berkerakyatan, mandiri
3.
Mewujudkan Indonesia yang berkeadilan sosial, dengan sumber daya manusia yang
berakhlak, berbudaya luhur, berkualitas tinggi, sehat, cerdas, terampil.
Untuk
merealisasikan visi dan misi tersebut, Prabowo-Hatta akan melaksanakan “Agenda
dan Program Nyata untuk Menyelamatkan Indonesia”. Di dalam agenda program kerja
tersebut dibahas mengenai pembangunan perekonomian yang kuat, berdaulat, adil
dan makmur, melaksanakan ekonomi kerakyatan, membangun kembali kedaulatan
pangan, energi dan sumber daya alam, meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dengan melaksanakan reformasi pendidikan, meningkatkan kualitas pembangunan
sosial melalui program kesehatan, sosial, agama, budaya dan olahraga,
mempercepat pembangunan infrastruktur, menjaga kelestarian alam dan lingkungan
hidup dan membangun pemerintahan yang melindungi rakyat, bebas korupsi dan
efektif melayani.
Agenda
Pemerintahan dan Birokrasi Prabowo-Hatta
Di
dalam poin pemerintahan dan birokrasi, pasangan Prabowo Hatta menjabarkan
agenda-agendanya dengan 10 poin tindak nyata. Agenda yang dicanangkan antara
lain; Melindungi rakyat dari berbagai bentuk diskriminasi, gangguan dan
ancaman, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia, sesuai dengan sila-sila
Pancasila dan UUD 1945; Mempercepat peningkatan kesejahteraan aparatur negara
dan reformasi birokrasi untuk mencapai sistem birokrasi efisien dan melayani
dengan sistem insentif dan hukuman yang efektif; Menciptakan kepastian dan
menegakkan hukum tanpa pandang bulu dan seadil-adilnya; Mencegah dan
memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dengan menerapkan manajemen
terbuka dan akuntabel; memperkuat peranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
dengan menambah tenaga penyidik dan fasilitas penyelidikan; dan penguatan
peranan KPK, Kepolisian, dan Kejaksaan dalam pemberantasan korupsi secara
sinergis; Melaksanakan pemangkasan rantai dan proses birokrasi yang
berbelit-belit dan berpotensi menjadi sumber KKN di semua tingkat dan sektor
pemerintahan; Meningkatkan kesejahteraan prajurit TNI/Polri, pegawai negeri
sipil dan keluarganyta termasuk para veteran dan pensiunan; Memperkuat TNI dan
Polri secara kelembagaan, personel dan peralatan dalam menjaga integritas
teritorial NKRI, serta menjalankan tugas-tugas pertahanan, keamanan dan
ketertiban umum sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diatur oleh peraturan
perundang-undangan; Menempatkan 30% perempuan dalam posisi menteri dan/atau
pejabat setingkat menteri serta mendorong kedudukan strategis lainnya bagi
perempuan pada pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota; Meningkatkan efisiensi
penyelenggaraan pemerintahan melalui peninjauan rencana dan penajaman kembali
pemekaran daerah administrasi yang didasarkan pada penelitian mendalam tentang
rentang kendali optimal bagi sebuah Negara kepulauan yang sangat luas; Melaksanakan
politik luar negeri yang bebas aktif, tegas dalam melindungi kepentingan
nasional dan menjaga keselamatan rakyat Indonesia di seluruh dunia, dan
meningkatkan peran serta Indonesia dalam menjaga ketertiban dan perdamaian
dunia.
Analisa Sifat
Birokrasi Prabowo-Hatta
Calon
Presiden/ Wakil Presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa didukung oleh
koalisi-koalisi partai yang terdiri atas Partai Gerindra, Golkar, PAN, PPP dan
PKS. Koalisi partai-partai yang dikenal sebagai Koalisi Merah Putih tersebut
memiliki berberapa sifat yang dapat dianalisa apa yang menjadi sifat koalisi
ini di dalam birokrasi dan pemerintahan. Partai Gerindra dalam Manifesto Partai
Gerindra dekat dengan frasa ekonomi kerakyatan, sehingga timbul kesan bila Gerindra
adalah partai yang pro-rakyat dengan memperjuangkan paham ekonomi kerakyatan di
Indonesia.[iv]
Fenomena
yang menarik adalah Prabowo juga mendapat dukungan dari ormas-ormas seperti
Front Pembela Islam (FPI) dan Pemuda Pancasila (PP).[v]
FPI dikenal oleh masyarakat karena kerapkali memicu aksi kekerasan dengan dalih
kemurnian agama. Dengan tudingan fasisme Prabowo dan Gerindra mengenai
pemurnian ajaran agama, maka FPI kelak akan mendapatkan justifikasi untuk
melakukan kekerasan terhadap sekte-sekte atau ajaran tertentu yang berbeda
dengan akaran agama resmi pemerintah dengan dalih kemurnian agama. Selain dari
FPI, Prabowo juga mendapat dukungan dari ormas Pemuda Pancasila (PP). Ormas ini
juga kerap kali terlibat kasus kekerasan dan dicap sebagai ormas para preman
dan terkenal sepak terjangnya dalam pembantaian orang-orang yang dituduh
komunis atau anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam geger prahara
pembantaian pasca Gerakan 30 September 1965.[vi]
Selanjutnya
yang mendapat keuntungan dari menguatnya ajaran permunian agama dengan
justifikasi kekerasan adalah partai-partai fundamental agama. Ajaran permunian
agama tersebut juga ditopang dengan bergabungnya partai-partai Islam yang
merapat ke kubu Prabowo-Hatta. Tercatat partai-partai Islam seperti Partai
Persatuan Pembangunan (PPP) Partai Amanat Nasional (PAN), serta Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) yang beraliran Tarbiyah, menjadi pendukung koalisi
Prabowo-Hatta. Partai-partai fundamental agama tersebut tentu saja menginginkan
kepentingan ajaran agamanya dan menentang bid’ah-bid’ah yang mengatasnamakan
agama. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Setara Institute, tercatat 3
partai fundamentalis agama tersebut berada di titik terbawah partai yang paling
tidak konsisten dan tidak komitmen dalam mendukung kebebasan beragama (PPP dan
PAN hanya memperoleh 1% sedangkan PKS mendekam di dasar dengan perolehan 0%).[vii]
Dalam
kasus penyerangan terhadap jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, misalnya, Suryadharma
Ali, Ketua Umum PPP yang juga menjabat menteri agama RI, bukannya mengutuk
pelaku tindakan kekerasan brutal tersebut, malah menyalahkan korban yakni
pengikut Ahmadiyah. Menurut Suryadharma, tindakan paling baik untuk
menghentikan aksi-aksi kekerasan terhadap Jemaah Ahmadiyah di seluruh Indonesia
adalah dengan memaksa pengikut Ahmadiyah untuk meninggalkan ajarannya yang
mengatasnamakan Islam dan menggantinya menjadi aliran kepercayaan saja.[viii]
Tindakan diskriminatif ini juga
dilakukan oleh Ahmad Heryawan gubernur Jawa Barat, anggota MUI sekaligus
politisi PKS, yang mengeluarkan dekrit pada 2 Maret 2011, yang isinya adalah
melarang “seluruh aktivitas dakwah Ahmadiyah di wilayahnya.” Akibatnya,
pengikut Ahmadiyah kerapkali menghadapi intimidasi dan tindak kekerasan oleh
kelompok-kelompok Islamis.[ix]
Ahmad Heryawan dalam pertarungan memenangkan kursi gubernur Jawa Barat untuk
kedua kalinya pada Februari 2013, menandatangani kesepakatan kerjasama dengan
FPI untuk ‘meluncurkan Peraturan Gubernur yang bernuansa Syari’at Islam serta
mengoptimalkan Pergub tentang pelarangan Ahmadiyah.[x]
Jelas partai-partai fundamental agama
ini menerapkan diskrimainasi dan justifikasi kekerasan terhadap kepercayaan
yang dianggap sesat dan menganjurkan pemurnian agama sebagai satu-satunya cara
mengakhiri permasalahan tersebut. Dengan didukung oleh kompatriotnya yang
beraliran “nasionalis” (namun cenderung ke arah fasis), maka partai fundamental
agama ini dapat melakukan keinginannya untuk menghancurkan ajaran-ajaran sesat dengan
dalih agama. Tindakan penghancuran ajaran sesat itu turut pula didukung oleh
ormas-ormas keagamaan yang kerapkali melancarkan sejumlah aksi kekerasan
terhadap pengikut ajaran tertentu. Dengan demikian sifat yang dapat terlihat di
dalam koalisi ini dapat dikatakan sebagai fasisme-fundamentalis agama.
Satu lagi yang tidak boleh dilupakan
adalah bergabungnya Golkar ke dalam koalisi fasisme-fundamentalis agama ala
Prabowo-Hatta. Golkar selama Pemilu 2014 selalu membawa-bawa romantisme masa
Orde Baru agar dapat kembali dirasakan oleh masyarakat.[xi] meskipun mengalami tingkat kesejahteraan yang
meningkat, namun Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto melakukan berbagai
pelanggaran-pelanggaran HAM berat di masa lalu. Pembangunan ekonomi dapat
dijalankan dengan stabilitas politik, sehingga lawan politik yang bersebrangan
dengan pemerintah dihancurkan dan rakyat dibungkam mengenai pemahaman politik
demi terciptanya stabilisasi di bidang politik dan mengarah kepada pembangunan
ekonomi. Orde Baru dijalankan dengan penuh otoriterianisme yang menggunakan
kekuatan militer represif sehingga menghancurkan gerakan rakyat yang ingin
melawan pemerintah Orde Baru. Impian Golkar untuk mengembalikan nostalgia masa
Orde Baru dapat tercapai dengan bergabungnya Golkar dengan koalisi pendukung
Prabowo-Hatta.
Analisa
Bentuk Birokrasi Prabowo-Hatta
Melihat kemungkinan sifat birokrasi yang
terdapat di dalam kubu Prabowo-Hatta, maka bentuk dari birokrasi yang akan
dijalankan hampir serupa dengan birokrasi pada masa Orde Baru. Sentralistik
digunakan untuk dapat mengontrol kebijakan dan stabilitas politik. Selain itu,
penggunaan militer sebagai kendaraan birokrasi layaknya pada masa Orde Baru
juga dimungkinkan. Stabilitas politik yang dicanangkan diimplementasikan ke dalam bentuk teror
untuk merepresif kekuatan rakyat yang ingin melawan. Mengingat koalisi
Prabowo-Hatta juga didukung oleh ormas-ormas yang kerapkali melakukan kekerasan
dan mendapat justifikasi dalam koalisi fasisme-fundamentalis agama
Prabowo-Hatta, sungguh besar kemungkinan hal itu bakal terjadi kelak di dalam
pemerintahan Prabowo-Hatta.
Birokrasi patrimonial ala Soeharto dapat
dijalankan pula dengan cara menggunakan para birokrat yang mengurusi negara ini
untuk mengurusi apa maunya pemerintah saja. fungsi birokrasi pada saat itu
tidak lagi menunduk ke bawah dan memperhatikan kepentingan masyarakat yang ada,
namun birokrasi yang ada melihat ke atas, dan perintah dari atasan adalah
segalanya, dan sudah jelas bahwa segala peraturan yang ada tidak lebih adalah
keterlibatan politik di dalamnya, sehingga konsesus yang menjemukan pun
tercipta. Keberadaan birokrasi yang seperti inilah yang dinamakan birokrasi
patrimonial.
Di
dalam birokrasi patrimonial, pembagian kerja dan tugas tersebut tidak jelas.
Hubungan atasan-bawahan bersifat personal, tidak membedakan milik publik dan
pribadi, serta loyalitas kepada orang yang memegang jabatan di atasnya.
Perekrutan didasarkan pada hubungan keluarga, perkoncoan, dan parpol. Demikian
pula penempatan seseorang pada jabatan tertentu. Wujudnya menjadi mirip
hubungan patron-klien di desa, yang diperluas menjadi KKN dalam jajaran
birokrasi. Salah satu contohnya adalah lahirnya kapitalis kroni.[xii]
Platform
Gerindra yang juga menjadi arah perjuangan Koalisi Merah-Putih, menyiratkan
adanya kerinduan akan masa Orde Baru dan pola totalitarianismenya. Pola ini
tidak memungkinkan adanya tafsir yang beragam, meminimkan peran agama, dan
deideologisasi partai politik. Namun,
berbeda dengan totalitarianisme ala Soeharto yang dibangun di atas budaya
feodal Jawa, Koalisi Merah-Putih ini menampilkan wajah Orde Baru dengan
justifikasi agama.[xiii]
Totalitarianisme dengan justifikasi agama lebih mengerikan. Intinya, semua
tindakan perlawanan terhadap kebijakan negara akan dianggap sebagai tindakan
anti-agama. Kelompok-kelompok yang mengkritisi pemerintah akan dituduh sebagai
kafir atau melakukan penodaan terhadap agama. Pemerintah tinggal minta kepada
pemuka agama untuk membenarkan tindakan pemerintah itu. Dengan begitu, negara
akan menjadi lebih represif lagi.
Analisa Subtansi
Birokrasi Prabowo-Hatta
Menelisik
mengenai agenda yang akan dibawa dalam bidang birokrasi oleh pasangan
Prabowo-Hatta, dapat dianalisa berbagai ketidakcocokan antara agenda yang
dibawa dengan sifat maupun bentuk yang sudah dianalisa sebelumnya. Seperti
agenda pertama untuk melindungi rakyat dari berbagai bentuk diskriminasi,
gangguan dan ancaman. Jika melihat kepada sifat dari koalisi Prabowo-Hatta yang
bercorak fasisme-fundamentalis agama, maka diskriminasi merupakan hal yang
lumrah untuk dilakukan, terutama terhadap jemaah maupun masyarakat yang
dianggap bid’ah atau sesat. Selain itu terdapat juga agenda untuk peningkatan
kesejahteraan aparatur negara dan reformasi birokrasi demi pemberantas KKN dan
birokrasi yang berbelit-belit, hal tersebut sangat sulit untuk dapat
direalisasikan oleh pasangan Prabowo-Hatta. Jika melihat analisa sebelumnya
yang menyatakan bahwa birokrasi patrimonial yang akan dijalankan laiknya pada
masa Orde Baru, sangat sulit untuk menjalankan reformasi birokrasi di dalam
pemerintahan.
Mengenai
peningkatan kesejahteraan aparatur negara, sungguh hal yang kontradiktif bila
mengetahui bahwa sebanyak 600-an karyawan PT Kertas Nusantara milik Prabowo
Subianto di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, menuntut gaji yang belum
terbayarkan sejak lima bulan lalu.[xiv]
Penegakkan hukum yang tanpa pandang bulu dan seadil-adilnya juga terlihat hanya
sebagai retorika saja. Dengan tindakan diskriminatif dan menjustifikasikan
kekerasan atas nama stabilitas politik, maka agenda dalam kerja nyata
Prabowo-Hatta patut dipertanyakan kembali.
Melihat
kontradiksi antara agenda dan tindak nyata yang dilakukan oleh Prabowo-Hatta
dengan kenyataan fakta yang terjadi di lapangan, maka agenda dan program kerja
dalam bidang pemerintahan dan birokrasi dapat dikatakan sebagai normatif.
Substansi dari agenda birokrasi yang dijalankan justru hanya merupakan retorika
tanpa upaya untuk mendukung klaim tersebut.
Kesimpulan
Dari
analisa yang telah dilakukan, maka terlihat sifat-sifat fasisme-fundamental
agama dalam pemerintahan Calon Presiden/Wakil Presiden Prabowo Subianto-Hatta
Rajasa dengan Koalisi Merah Putih yang terdiri atas Partai Gerindra, Golkar,
PPP, PAN dan PKS. Sifat yang dimunculkan seolah-olah pasangan ini bersifat
nasionalis-sosialis, namun nyatanya hal tersebut hanya tampilan di permukaan
saja sebelum fasisme-fundamentalis agama muncul dan merepresi masyarakat yang
melawan atau berbeda ajaran dengan pemerintah.
Bentuk
birokrasi yang cenderung akan membawa kembali Indonesia ke masa Orde Baru juga
dihembuskan oleh Prabowo-Hatta demi terciptanya stabilitas politik dan
kebijakan-kebijakan pemerintah dapat dijalankan sesua dengan kehendak dari
pemerintah/atasan. Kelompok-kelompok yang melawan akan dihabisi oleh militer
sebagai alat kendaraan pemerintah. Harapan-harapan yang tertulis di dalam
agenda kerja nyata Prabowo-Hatta setelah dianalisa rupanya tetap hanya harapan
saja tanpa ada tindak nyata, sebab isinya bersifat normatif dan penuh dengan
retorika belaka.
Oleh
karena itu, kesimpulan yang dapat diambil dari analisa yang sudah dijabarkan
adalah bahwa Calon Presiden/Wakil Presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa tidak
akan membawa Indonesia menuju kesejahteraan masyarakat, melainkan akan
menimbulkan permasalahan lain seperti tindak kekerasan akan meningkat hingga
menyebabkan pelanggaran-pelanggaran HAM. Mengenai pelanggaran HAM, Prabowo
Subianto tentu sudah tidak asing lagi dengan hal tersebut karena Prabowo
Subianto semasa berkarir di dunia militer terkait dengan berbagai kasus
pelanggaran HAM berat di masa lalu seperti Pembantaian di Timor-Timur
1983-1984, penculikan paksa aktivis prodemokrasi periode 1997-1998 yang
terkenal dengan Tim Mawar, hingga kerusuhan Mei 1998. Belum lagi dengan upaya
penegakkan hukum yang lemah menyangkut kasus anak Hatta Rajasa dalam tabrakan
mobil yang menewaskan dua orang dan lima orang terluka di Jalan tol Jagorawi
tahun 2013 silam[xv].
Upaya penegakkan hukum merupakan suatu jaminan yang sulit untuk direalisasikan,
bahkan dapat dibeli oleh yang berkuasa.
Melihat sifat fasisme-fundamentalis agama yang
menjustifikasi kekerasan dengan dalih permunian ajaran agama serta penggunaan
kekuatan militer demi terciptanya stabilitas politik, maka bukan tidak
mungkin bahwa kekerasan pelanggaran HAM berat akan terjadi lagi di Indonesia
pada masa pemerintahan Prabowo-Hatta kelak. Semoga saja hasil analisa ini dapat menjadi bahan peringatan bagi mereka
yang bersebrangan dengan Prabowo dan para kliennya. Kalau Prabowo dinyatakan
menang pada 22 Juli nanti, bersiaplah mencari tempat aman, agar tidak mudah diculik!
[i] A.Pambudi, Kalau Prabowo Jadi Presiden, Penerbit Narasi, 2009, hlm.119
[ii] Martin Albrow, Birokrasi, PT. Tiara Wacana Yogya, 1989,
hlm.2
[iii] http://www.kpu.go.id/koleksigambar/VISI_MISI_prabowo-Hatta.pdf
(Diakses pada tangggal 4 Juni 2014 pukul 12.27 WIB)
[iv] Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, hlm.14
[v]http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/05/31/fpi-fbr-dan-pemuda-pancasila-deklarasi-dukung-prabowo
-hatta (Diakses pada tanggal 4 Juni 2014 pukul 20.27 WIB)
[vi] Mengenai aksi Pemuda Pancasila
dalam pembantaian pasca G 30 S dapat disaksikan dalam film dokumenter The Act of Killings/ Jagal karya
sutradara Joshua Oppenheimer
[vii] http://politik.rmol.co/read/2014/04/01/149450/Setara-Institute-Aniaya-PKS-
(Diakses pada tanggal 4 Juni 2014 pukul 21.12 WIB)
[viii] http://www.tempo.co/read/news/2009/03/29/146167091/Ketua-Umum-PPP-Kampanye-Serukan-Bubarkan-Ahmadiyah
(Diakses pada tanggal 4 Juni 2014 pukul 21.17 WIB)
[ix] Human Rights Watch, In
Religion’s Name Abuses against Religious Minorities in Indonesia, 2013,
hlm.64
[x] http://indoprogress.com/2014/05/50-hari-menuju-pilpres-demokrasi-vs-fasisme-religius/
(Diakses pada tanggal 4 Juni 2014pukul 21.24 WIB)
[xi] http://www.merdeka.com/politik/banggakan-soeharto-orde-baru-golkar-bangkitkan-trauma-publik.html
(Diakses pada tanggal 4 Juni 2014 pukul 21.26 WIB)
[xii] http://antikorupsi.org/en/content/korupsi-dan-birokrasi-neo-patrimonial
(Diakses pada tanggal 4 Juni 2014 pukul 22.02 WIB)
[xiii] http://www.indonesia-2014.com/read/2014/05/28/koalisi-merah-putih-orde-baru-dengan-justifikasi-agama
(Diakses pada tanggal 4 Juni 2014 pukul 22.12 WIB)
[xiv] http://www.tempo.co/read/news/2014/01/20/058546632/5-Bulan-Tak-Digaji-Karyawan-Prabowo-Subianto-Mogok
(Diakses pada tanggal 5 Juni 2014 pukul 00.32 WIB)
[xv] http://www.indonesiamedia.com/2013/04/02/semua-sama-di-muka-hukum-kecuali-anak-hatta (Diakses
psada tanggal 5 Juni 2014 pukul 00.35 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar